Kiyai
Bisri Mustofa menulis sebuah kitab kecil berjudul: ”Kitab Kêdutên”.
Kitab itu menguraikan makna firasat dari kêdutên menurut tempatnya,
mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Mbah Ali Ma'shum memprotes kitab itu,
“Sampeyan ngarang kitab macam begini ini dasarnya apa?”
“Ada!” kata Mbah Bisri, “kusebutkan di kitab itu kok!”
“Mana?”
Mbah Ali tak terima, “sudah kubaca dari awal sampai akhir, nggak ada
sama sekali gitu… Quran enggak, Hadits enggak, aqwaal ulama juga babar
blas!”
“Sampeyan kurang teliti bacanya…”
“Suudah!”
Mbah Bisri pun meraih kitab dari tangan Mbah Ali,
“Coba lihat ini…”
Mbah
Bisri membuka halaman terakhir. Diujung karangan itu, sesudah
menguraikan makna firasat dari kêdutên di sekujur tubuh tanpa ada yang
terlewatkan, Mbah Bisri menulis: